ADAB SEORANG PENDIDIK TERHADAP DIRI SENDIRI
Seorang pendidik sebaiknya memperhatikan adab dan etika yang ada pada dirinya sendiri, diantaranya :
Berniat meraih ridho Alloh Subhanahu wa ta'ala dan tidak bermaksud meraih keuntungan duniawi, seperti mendapatkan harta, kemuliaan, ketenaran, reputasi, keistimewaan dari yang lain, memperbanyak orang-orang yang belajar kepadanya atau orang-orang yang meminta keputusan kepadanya, atau lain sebagainya.
Tidak boleh menodai ilmu dan pengajarannya dengan sifat tamak terhadap simpati yang dia dapatkan dari orang yang diajarinya seperti pelayanan, harta atau lain sebagainya, sekalipun itu sedikit, dan walaupun itu dalam bentuk hadiah yang sekiranya si murid tidak belajar kepadanya, tentu ia tidak menghadiahkan kepadanya.
Dalil tentang hal ini telah disebutkan pada bab celaan terhadap orang yang tidak berniat dengan ilmunya karena Alloh.
Asy Syafi'i berkata : "Aku ingin sekali semua orang mempelajari ilmu ini tanpa mengaitkan kepadaku satu hurufpun darinya".
Selain itu, beliau berkata : "Aku sama sekali tidak pernah mendebat seorang pun untuk mengalahkannya. Aku sangat menginginkan, jika aku mendebat seseorang, Alloh menyatakan kebenaran melalui tangannya."
Beliau juga berkata : "Aku tidak pernah mencakapi seseorang pun kecuali aku sangat ingin dia mendapat taufiq, kebenaran dan pertolongan, dan dia meraih perlindungan serta penjagaan dari Alloh Subhanahu wa ta'ala."
Diriwayatkan dari Abu Yusuf, dia berkata : "Hai kaum, niatkanlah Alloh sebagai tujuan dalam ilmu kalian. Sebab aku sama sekali tidak pernah duduk dalam suatu majelis di mana aku berniat tawadhu' kecuali aku tidak berdiri hingga aku memuliakan mereka. Aku sama sekali tidak pernah duduk dalam suatu majelis di mana aku berniat memuliakan mereka kecuali aku tidak bangkit hingga aku dipermalukan."
Seorang pendidik sebaiknya memperhatikan adab dan etika yang ada pada dirinya sendiri, diantaranya :
Berakhlak dengan akhlak mulia yang dianjurkan syariat dan sifat terpuji serta sikap yang menyenangkan seperti zuhud pada dunia, dermawan, murah hati, ramah, berwajah ceria tanpa keluar dari batas kewajaran, toleran, sabar, bersih dari usaha murahan, konsisten dengan sikap waro', khusyu', tenang, berwibawa, rendah hati, menghindari tertawa dan banyak bercanda, konsisten dengan adab-adab syar'i yang dzhohir maupun batin, seperti menjaga kebersihan dengan menghilangkan kotoran-kotoran daki, mencabut bulu ketiak, menghilangkan bau-bau tak sedap dan menghindari bau-bau yang dimakruhkan, serta memanjangkan jenggot.
Waspada terhadap sifat dengki, riya', ujub dan sifat meremehkan orang lain sekalipun mereka lebih rendah derajatnya. Sebab ini semua merupakan penyakit yang sering menulari banyak orang dari kalangan pemilik jiwa-jiwa yang kotor.
Dan ini adalah beberapa tips menghilangkan penyakit hati :
Pertama :
Cara menghilangkan sifat dengki adalah dengan mengetahui bahwa hikmah Alloh telah menetapkan kelebihan ini pada si fulan, sehingga dia tidak menentang dan tidak membenci apa yang telah ditetapkan pada hikmah terebut, dengan mencela Alloh, demi menjaga dirinya dari perbuatan maksiat.
Kedua :
Cara untuk menghilangkan sifat riya' adalah dengan mengetahui bahwa makhluk pada hakikatnya tidak dapat memberi manfaat maupun madhorot. Dengan demikian, dia tidak lagi sibuk dengan perhatian mereka sehingga melelahkan dirinya sendiri, menimbulkan bahaya terhadap agamanya, membatalkan amalnya dan melakukan hal yang dapat menimbulkan kemurkaan Alloh serta menghilangkan keridhoan-Nya.
Ketiga :
Cara menghilangkan sikap ujub adalah dengan mengetahui bahwa ilmu merupakan karunia dan anugerah yang murni dari Alloh semata. Alloh berhak mengambil dan berhak memberi, dan segala sesuatu di sisi-Mu punya batas tertentu. Oleh karena itu, manusia selayaknya tidak merasa bangga dengan sesuatu yang bukan ciptaan-Nya, bukan pemiliknya dan tidak pasti kekalnya.
Keempat :
Cara untuk menghilangkan sifat meremehkan orang lain adalah dengan bersikap seperti apa yang diajarkan Alloh kepada kita dalam firman-Nya :
"Maka, janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa diantara kamu yang lebih bertakwa." (QS. An Najm : 32)
"Sesungguhnya, orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh adalah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Melihat." (QS. Al Hujurot : 13)
Bisa jadi orang yang dianggap lebih rendah derajtnya justru lebih bertakwa kepada Alloh, lebih suci hatinya, lebih ikhlas niatnya dan lebih tulus amalnya. Kemudian dia sendiri pun tidak tahu bagaimana kesudahan dirinya. Di dalam hadits shohih disebutkan, "Seseorang dari kamu bisa beramal dengan amal penduduk surga..." Kita memohon kepada Alloh keselamatan dari semua jenis penyakit hati.
BERSAMBUNG INSYA ALLOH...
Al Majmu' Syarah Al Muhadzdzab, hal 94-97, Bab Etika Pengajar.
0 Komentar